Rabu, 15 Februari 2017

Cara Packing Carrier yang Benar Untuk Naik Gunung

menyiapkan benda untuk naik gunung harus dipersiapkan dengan maksimal.

Tas carrier memiliki kapasitas yang besar untuk membawa perlengkapan kita selama berada di gunung. Kapasitas yang besar tersebut berpeluang akan membuat berat yang ditanggung oleh tas carrier akan semakin besar, sedangkan tas carrier tersebut akan digendong oleh kita selama kegiatan pendakian. Diperlukan cara packing carrier yang benar agar kita merasa nyaman dan tidak cepat merasa pegal karena membawa carrier selama berkegiatan di gunung.

1. Kelompokan Barang

Pengelompokan barang dimaksudkan untuk mempermudah dalam pencarian barang tersebut ketika diperlukan. Pengelompokan barang juga akan mengurangi resiko lupa akan seuatu barang, karena biasanya satu barang akan berhubungan dengan benda lainnya. Semisal saat Anda mengambil tabung gas, pasti Anda akan memeriksa dimana kompor dan alat masak lainnya. Pastikan benda yang akan Anda bawa adalah barang yang telah Anda buat daftarnya, sehingga akan mengurangi membawa barang yang tidak perlu dan membuat tidak ada barang yang tertinggal.

2. Siapkan Kantong Anti Air

Setelah barang-barang tersebut siap sesuai dengan kategorinya, masukanlah ke dalam kantong anti air. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar barang bawaan tidak basah apabila terjadi hujan. Pastikan kantong anti air tersebut menutup rapat pada barang bawaan Anda seperti sleeping bag, kaos atau sejenisnya, karena hawa dingin bisa masuk dan membuat barang tersebut terasa lembab dan kurang nyaman saat pertama kali dipakai.

Tujuan lainnya adalah untuk memudahkan dalam mengambil barang sesuai kategori dalam tas carrier Anda, menghindarkan barang-barang Anda berceceran di dalam tas carrier Anda.

3. Atur Penempatan

Ada 2 prioritas penempatan barang dalam tas carrier, pertama adalah dengan prioritas berat, yang kedua adalah prioritas kebutuhan.


penyusunan benda dalam carrier berdasarkan berat dan kebutuhan.


Warna merah: beban berat kita letakkan mendekat ke punggung dan berada di bagian setengah carrier ke atas. Tujuannya adalah membuat beban berat tidak bertumpuk pada pinggang dan paha Anda. Pundak Anda akan berperan dalam menopang beban tersebut. Benda berat tersebut semisal air atau beras.

Warna orange: berat benda ini berukuran sedang, seperti nesting, kompor. Diletakkan dibawah benda berat guna menopang agar tidak meluncur ke bawah.

Warna kuning: barang ringan yang jarang kita gunakan, seperti menempatkan sleeping bag dan baju ganti di bawah, kemudian menempatkan gulungan tenda pada bagian yang mudah dijangkau.

Warna hijau: pada daerah ini kita meletakkan barang dengan sifat ringan yang bisa ditekan ukurannanya, serta yang sering digunakan ketika kondisi mendesak. Seperti mantel, flysheet, cemilan atau tisu bawah.

4. Seimbangkan Tas Carrier

Tas carrier Anda harus dalam posisi seimbang. Cara mengetesnya adalah dengan mendirikannya, jika miring ke satu arah, maka segera atur kembali barang yang ada di dalam tas carrier Anda. Tas carrier yang seimbang akan memudahkan Anda dalam bergerak dan melaju di alam bebas.

5. Sisipkan Benda di Luar Tas Carrier

Tas carrier biasanya memiliki saku-saku kecil di sekitaranya, bisa kita gunakan untuk menempatkan semisal botol minum atau alat pemotong dengan sarungnya. Matras juga bisa kita sisipkan di samping tas carrier dengan posisi vertikal.

Barang kecil lainnya seperti korek, kompas, senter kecil bisa kita sisipkan di kantong baju kita. Pastikan benda-benda tersebut tidak mengganggu gerakan kita.

6. Jangan Lupa Untuk Membawa Tas Kecil

Tas kecil sangat berguna untuk membawa benda kecil dan berharga, seperti dompet, ponsel, plester, kamera saku dan sebagainya. Tas kecil ini ditujukan untuk kemudahan dalam mengambil dan menyimpan benda-benda berharga yang sering kita pakai.

7. Peletakkan Matras

Baik di dalam atau di luar tas carrier, pastikan matras Anda dalam posisi vertikal. Jangan meletak

Kamis, 24 Maret 2016

                                                                       CURUG SUMBA 





curug sumba merupakan curug yang berada di dusun kemojing,desa tlahab,kecamatan karang reja,kabupaten purbalinggga 
Curug sumba merupakan curug yang memiliki kualitas air yang jernih saat kemarau dan agak banjir dan butek (bahasa purbalinggan) saat musim penghujan 
pertamakali saya mengetahui curug ini saya di ajak oleh mas pria yang rumahnya deket curug,bersama kelompok kami yaitu bonkreav yang di anggotakan ombow,dadan,primagusta,yanuardi (waeng) dan sangid(bayu) kami menyusuru curug sumba dan berbagai curug yang ada di desa kemojing









Senin, 16 November 2015

ciremai

PENDAKIAN 3.078 MDPL GUNUNG CIREMAI

Hari itu hari Jum’at, Beautiful Friday, Gunung Ciremai dengan ketinggian 3.078 mdpl dan merupakan puncak tertinggi di Jawa Barat, dengan view puncak yang menakjubkan, begitu yang saya lihat di googling, sehingga menambah keinginan saya untuk menapakkan kaki disana, Gunung Ciremai pun sudah berada dalam List gunung yang harus ditapaki dalam 2011, kebetulan sekali temen-temen dari Petualang 24 akan mengadakan pendakian ke gunung itu, dan mengundang saya, tanpa pikir panjang, saya ikut !
Jum’at (01/07/11)                                                                                                                                                                                                                
Pendakian  kali  ini,  saya  tidak  perlu  repot,  karena  soal  itinerary sudah di handle oleh mas dwie, tenda sudah ada yang bawa dari rombongan Jakarta, jadi ya cuma bawa keperluan pribadi saja. Oia pendakian kali ini kami ber-15 , 6 orang dari Bandung termasuk saya, dan 9 orang dari Jakarta termasuk mas dwie, dan akhirnya bisa jalan juga bareng mas dwie yang fenomenal, haha. Janjian meeting point di terminal cicaheum jam 4 untuk dapet bus yang langsung ke Kuningan yang akhirnya tidak dapat, karena jalanan Bandung kalo udah liburan anak sekolah gini sudah menjadi kumpulan mobil-mobil dari berbagai plat nomor (mostly B), terjebak di pasopati yang hampir stuck tidak jalan sama sekali ditambah nyasar pas mau ke Itenas, saya janjian untuk ketemu Nad di Itenas, untuk naro motor dikampusnya, well, akhirnya sampe kampus Nad dan naro motor sekitaran jam 5 kurang 15, langsung taro dan bergegas ke terminal cicaheum. sampe terminal cicaheum sekitaran jam 6 kurang dan ya, bus ke Kuningan sudah berlalu, yang berarti kita harus pake plan kedua, naik bus ke Cirebon, akhirnya dapet bus sahabat jurusan Cirebon, dengan harga yang sama 35rb dan cukup mewah bus nya.
Jam 10 malam sampai di terminal Harjamukti, Cirebon. turun engga tau mau naik apa, yang saya tau hanya ada elf untuk mencapai ke pertigaan Linggar jati, tapi dari situ keatasnya naik apa ?, kan lumayan jauh. Santai sebentar sambil nyalain rokok biar bisa mikir lebih jernih, akhirnya banyak yang pada nawarin, ada yang nawarin becak lah, yakin mang bisa sampe, sampai akhirnya ada bapak-bapak dari paguyuban angkot kalong terminal Harjamukti (sampe apal gini komunitasnya), langsung bertanya, Palutungan ato Linggarjati ?, waah, I see the light hehe. Jadi bapak ini memang sering mengantarkan para pendaki yang akan mendaki Ciremai dari terminal Harjamukti, dan langsung menuju pos pendakian, nego-nego dulu karena awalnya dia ngasih harga 100rb, buseet, akhirnya setelah berdialog cukup lama, deal 60rb sampe Pos Pendakian Linggar Jati, langsung naik angkotnya, mampir ke dalem terminal dulu buat makan malem nasi Jamblang, yang sudah lama tidak bertemu hehe, mampir di alfamart buat pada beli ini itu, dan sampai juga di Pos Pendakian Linggar Jati 600 mdpl. turun dan berterima kasih sama bapak supir angkot yang udah nganterin malem2 sampe kesini, dan sekarang adalah tinggal menunggu rombongan dari Jakarta yang katanya terjebak macet di Cikampek, saat lagi nunggu, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak, yang ternyata adalah Pak Saman, dengan nama warungnya Warung pak Saman, menawarkan untuk bermalam di musholla belakang, tanpa basa-basi saya langsung menerimanya, karena lumayan untuk beristirahat sebelum memulai pendakian besok pagi, beres-beres ini itu dan Tidur.
Sabtu, (02/07/11)                                                                                                                                                                                                                 
Sabtu Subuh sekitaran pukul setengah 5, terbangun karena udara memang sudah sangat dingin meski sudah pakai sleeping bag, terbangun dan ngeliat Nad kayak yang kebingungan gitu, ternyata dia kebelet buang air kecil dan di mck yang ada banyak kodoknya, yang katanya geuleuh kalo ngeliatnya, padahal kodoknya anteng-anteng aja. yaudah terus dianterin buat nyari kamar mandi di masjid dibawah siapa tau ada, terus sambil nyari-nyari ke bawah dan ada sebuah masjid dan begitu liat ke kamar mandi nya ternyat bukan kamar mandi seperti biasanya, hanya sebuah tempat untuk laki-laki buang air kecil, sayapun subuh itu kebelet buat buang air besar, daripada ntar pas pendakian malah buat repot kan, mending dilepaskan disini, dan kondisi mck yang dekat tempat kami bermalam pun tidak ada penerangannya, jadilah sekalian saya juga mencari kamar mandi buat panggilan alam ini haha.
Karena masjidnya kurang memungkinkan tempatnya, jadi cari tempat lain lagi, mau turun kebawah lagi ntar mikir naiknya yang udah lumayan jauh, dan tadi saat menuruni kebawah melihat rumah yang masih ada orang rame-rame, coba kami datangi dan numpang buat ke kamar mandi, ternyata dibolehkan, langsung saja. setelah beres kami tidak langsung pamitan, karena engga enak juga kalo langsung pamitan, jadi ikut ngobrol-ngobrol dan ternyata mereka baru saja turun dari Ciremai, mendengar ceritanya membuat kami malah jadi seram, karena ceritanya seakan-akan ini pendakian yang ekstrem sekali, mencoba buat tenang dan mengontrol mental, setelah pagi mulai menjelang kami berpamitan untuk segera beres-beres, saya dan Nad pun sepakat untuk tidak menceritakan hal-hal ini, haha. sampai di pos Linggarjati melihat yang lainnya sudah pada bangun dan beres-beres, saya pun ikut beres-beres sambil kembali packing, beres semua lalu segera sarapan di warung pak Saman.
Beres sarapan tinggal nunggu rombongan dari Jakarta, sekalian ngebungkusin buat makan siang di perjalanan nanti, tunggu dan tunggu akhirnya sekitaran jam 8 pagi mereka mendarat di pos pendakian Linggarjati, istirahat sejenak, lalu dimulailah pendakian pada pukul setengah 9, berdoa dahulu sebelum memulainya, dan dimulailah perjalanan panjang ini, awal-awal masih melewati sawah-sawah yang menghijau lalu mulailah ke jalan aspal yang menanjak curam, ditambah dengan jalan plesteran yang ngebuat kaki ini jiper juga, baru awal-awal napas udah terengah-engah, sekitaran setengah jam sampai juga di pos pertama pos Cibunar 750 mdpl , di pos inilah tempat terakhir dimana kita dapat menemukan sumber air, karena persediaan air masih cukup banyak jadi kami tidak mengambil air, istirahat sejenak lalu kembali memulai pendakian, kali ini sudah memasuki jalan setapak dan tanah, sehingga kaki ini lebih enak untuk melangkah, kali ini medannya masih cukup ringan dan melewati beberapa semak-semak, sejam setengah akhirnya kami sampai di pos kedua pos Leuweng Datar 1.225 mdpl , lalu selanjutnya pos ketiga Kondang Amis, di Kondang Amis ini terdapat persimpangan jalan baik yang naik dari Linggarjati maupun dari Linggasana , di pos inilah keduanya bertemu.
Lanjutin lagi perjalanan setelah istirahat sebentar dengan sebatang rokok, menuju ke pos selanjutnya, saat itu cuaca sangat terik jadi terpaksa tidak menggunakan jaket, karena baju sudah basah kuyup oleh keringat, sampailah di pos keempat Condang Amis 1.350 mdpl lalu di pos kelima Kuburan Kuda 1.450 mdpl dengan satu jam setengah dan nafas yang sudah terengah-engah.
Jalanan  semkain  curam dan curam tak  terasa  sejam  berlalu  dan  kita  sudah berada di pos keenam Pangalap 1.650 mdpl dimana sepanjang perjalanan ini kita dapat menemui pohon-pohon palem merah. Istirahat sebentar mengatur nafas, lalu perjalanan dilanjutkan menuju Tanjakan Seruni 1.825 mdpl dengan waktu 1 jam, lanjut dari Tanjakan Seruni lanjut perjalanan menuju Bapa Tere 2.025 mdpl , Pos seperti yang bukan pos karena tidak ada sama sekali ruang datar, melainkan hanya tanjakan yang diberi pos, mungkin untuk menandakan saja, sejam untuk mencapai Bapa Tere dan waktu sudah menunjukan pukul Set. 5 dan perjalanan menuju Pengasinan dimana kita akan camp disana masih begitu jauh, dengan sisa-sisa tenaga melanjutkan perjalanan menujuBatu Lingga 2.200 mdpl .Well hari sudah begitu gelap jam set. 6 kami sampai di Batu Lingga, Pendakian kali ini terbagi menjadi 3 Team dan saya berada di Team ke 2 hanya berdua, lanjut perjalanan agar tidak terlalu malam, taunya setelah malam menjelang, senter yang saya gunakan (bukan headlamp) tidak mampu menembus gelapnya malam, begitu juga dengan senter hilman, untuk mencapai Sanggabuana Bawah 2.545 mdpl dibutuhkan waktu hampir 1 jam, karena memang keadaan begitu gelap, jadi kami memutuskan untuk menunggu team 3 yang siapa tau ada yang bawa senter cukup terang, di Sanggabuana Bawah ini juga terdapat 2 tenda yang sedang nge-camp, ditunggu demi tunggu sampai jam set. 9 tidak kunjung datang juga, akhirnya untung hilman membawa tenda dan akhirnya kami pun ngecamp karena kondisi penerangan yang kurang memadai. Tetapi makanan bukan kami yang bawa, well akhirnya malam itu perut hanya diganjal oleh sebungkus Roti yang dibagi dua, menyedihkan !!, dan terlelap juga dalam dinginnya malam di Gunung Ciremai.
Minggu, (03/07/11)                                                                                                                                         
Pagi yang cerah, terbangun dibangunkan oleh tenda sebelah yang sedang masak-memasak, karena kami berdua tidak ada yang membawa misting akhirnya mereka bersedia meminjamkannya untuk memasak kopi untuk menghangatkan tubuh, buat kopi lalu packing. Perjalanan yang terhenti dilanjutkan menuju Sanggabuana Atas2.665 mdpl yang tidak memakan waktu setengah jam, lalu akhirnya bertemu dengan teman-teman Team 1 di posPengasinan 2.860 mdpl sekitar 1 jam, dan akhirnya makaaaaaan.
Setelah santai dan sangat menyantai Perjalanan kami lanjutkan untuk mencapai Puncak Ciremai sekitaran pukul set. 9, setelah berjalan setengah jam melalui jalanan berbatu dan dikelilingi oleh Edelweiss yang cukup indah dipagi itu, Well akhirnya sekitaran pukul 9 pagi kami sampai di Puncak Panglongokan 3.027 mdpl  Horeeeee. Puncak Ciremai sendiri sendiri terdiri dari beberapa titik puncak karena di puncaknya terdapat kawah, dan puncaknya itu mengelilingi kawah tersebut, Dari puncak, akan kita saksikan pemandangan kawah-kawah Gunung Ciremai yang fantastis. Bila cuaca cerah kita juga dapat menikmati panorama yang menarik ke arah kota Cirebon, Majalengka, Bandung, Laut Jawa, Gunung Slamet dan gunung-gunung di Jawa Barat. Pemandangan lebih menarik akan kita jumpai pada waktu matahari terbit dari arah Laut Jawa. Suhu di puncak bisa mencapai 8 -13 C. Dari puncak ke arah kanan kita bisa menuju ke kawah belerang yang ditempuh dalam 1,5 jam perjalanan. Untuk mengitari puncak dan kawah-kawahnya, diperlukan waktu 2,5 jam.
Puncak abadi berada tepat disebelah kami Puncak Sunan Telaga atau Sunan Cirebon 3.078 mdpl yang merupakan titik tertinggi di kawasan Gunung Ciremai ditandai dengan adanya Tugu Puncak Sunan Cirebon.
Istirahat panjang dipuncak sambil menunggu Team 3 untuk menyusul mencapai Puncak, sambil makan siang yang akhirnya saya dapat bertemu dengan Nasi, akhirnyaa. Setelah ditunggu cukup lama, jam 12 Team 3 berhasil menapakan kakinya di Puncak, langsung kami sediakan makanan yang sudah jadi, istirahat dan jangan lupa untuk sholat, pada pukul satu siang kami bergerak untuk turun melalui jalur Palutungan yang lebih panjang, dan melalui beberapa titik Puncak lagi seperti Sunan Talaga 3.056 mdpl Sunan Mataram 3.058 mdpl  lalu menemui jalur turun melalui jalur Palutungan.
Perjalanan belum selesai masih ada waktu sekitar 7 Jam untuk mencapai Pos Pendakian Palutungan. Lalu setelah menemui jalur palutungan tersebut, turun menuju Kawah Gua Walet 2.925 mdpl sekitar 45 menit, istirahat sejenak, ada niat untuk turun menuju Kawah Gua Walet namun karena terlalu tinggi, jadi saya mengurungkan niat tersebut, ingat waktu dan tenaga, haha. perjalanan dilanjutkan menuju Blok Sanghyang Ropoh 2.590 mdpl sekitar setengah jam, karena treknya tidak terlalu curam jadi kami bisa “lulumpatan” kalo kata orang sunda nya mah haha, lanjut lagi ke pos Blok Pesanggrahan 2.450 mdpl sekitar setengah jam juga dan waktu sudah menunjukan pukul 3 sore lebih, berarti kami harus lebih cepat. mengatur nafas untuk kembali berlari-lari hehe, terus menuruni gunung menuju pos Tanjakan Assoy 2.108 mdpl disini kita bertemu dengan Pecinta Alam yang sedang nge-camp disini, menyapa dan ternyata mereka dari SMA di Kuningan yang sedang melakukan diklat sepertinya, istirahat sekitar 15 menit, kita menuju ke pos Blok Arban 2.030 mdpl yang tidak terlalu jauh dari Tanjakan Assoy sekitar setengah jam, lagi-lagi mengatur nafas yang rada mulai kewalahan, lalu lanjut menuju pos Blok Paguyungan Badak 1.790 mdpl  mulai cukup jauh jarak antar pos-pos nya, dan haripun sudah mulai gelap, persiapan alat penerangan diperlukan disini, dan sepanjang perjalanan turun selalu ditemani oleh Mas Dwie hehehe, kalo turun mah bisa nyaingin mas ini, kalo nanjak ampun deh, maklum napas perokok.
Lanjuuut ke pos Blok Kuta 1.690 mdpl sekitar  45  menit,  kali ini tidak seekstrem trek sebelumnya, melainkan jalan panjang nan tiada hentinya hehe, cukup menguras tenaga, akhirnya sampai di Blok Kuta 45 menit, cukup lama, dan waktu sudah menunjukan pukul set. 7 malam. Lanjut lagi ke pos terakhir yaitu Cigowong Girang 1.450 mdpl kalo trek sebelumnya sudah tidak ada hentinya, dan ini lebih-lebih tidak ada hentinya, well 2 jam berikutnya kami sampai di pos Cigowong Girang, mungkin dinamakan seperti itu karena pendaki saat sampai disini sudah girang karena sebentar lagi akan sampai, dipos ini terdapat sungai kecil, dan juga seperti perkemahan, mengambil air sejenak dan diisi dengan extra joss, ide dari Mas Dwie yang menjadi Segar Bugar badan ini, masih inget kata-kata Mas Dwie saat mencapai pos ini “Paling setengah jam lagi sampai” kata-kata yang membahagiakan. Tapi ternyata treknya sudah rusak akibat adanya bekas motor di trek tanahnya, yang membuat kaki ini sering terpeleset dan terkilir, juga dengan adanya rumput-rumput raksasa yang menjadi was-was jikalau ada ular. Telat 15 menit sih, tapi akhirnya kita sampai di Rumah Wargaaaaaa, Horeee. Tapi kok sepi ya udah pada tidur padahal baru jam 9 malem, akhirnya nemu warung yang nge-cas hape itu harus bayar 1000, diketok, ehh mau buka, langsung deh ganti2 baju, Makaaaaan Enaaaak. sudah jam set 11 team terbelakang belum kunjung sampai juga, langkah terbaik adalah buka Sleeping Bag dan tidur menunggu !
Terbangun dengan suara berisik, liat jam udah jam 2, ehh ternyata udah pada dateng team terakhir, kasian lama banget untuk sampai disini, muka-muka nya juga muka-muka kelelahan semua. Bangun beberes packing sambil ikut ngobrol-ngobrol dan rombongan Jakarta akan pergi meninggalkan kami jam 3 nanti hehe lebay amat. Sedangkan rombongan Bandung sekitaran jam 4an, karena bus yang langsung ke Bandung ada paling awal jam 5. Sudah jam 3 salam perpisahan untuk rombongan Jakarta, dan juga Berterima Kasih kepada Mas Dwie yang telah diajak untuk bergabung dalam pendakian kali ini. Lalu jam 4 yang ditunggu2 datang juga, langsung masukan semua barang2 kedalam Angkot, oia kita nyarter Angkot untuk mencapai tempat berhentinya Bus, sekitar setengah Jam dengan Pemandangan Kota Kuningan di Subuh Hari yang kerlap-kerlip lampunya sangant indah, sampailah kita di tempat pemberhentian Bus menuju Bandung, Bus dari Kuningan ke Bandung hanya ada satu saja, yaitu Damri, langsung masukan barang dan tertidur. Dan macet parah di Pasar Tanjung Sari, tibalah kami di terminal Cicaheum sekitar pukul 2 siang, berpamitan dengan Team Bandung juga dengan Nadya, daaaan Kembalii ke Rumaaaah.

Hey Kawan ini perjalanan yang panjang untuk mencapai Puncak Abadi, Nikmatilah Perjalanan itu dan juga Keindahan Puncak ini, Kita Telah Berada di Puncak Tertinggi di Jawa Barat
Perkiraan Waktu
Jum’at (01/07/11)
16.00 – 16.45 Perjalanan menuju Itenas
16.45 – 17.40 Perjalanan Itenas – terminal Cicaheum
18.00 – 22.00 Perjalanan terminal Cicaheum – terminal Harjamukti, Cirebon
22.00 – 23.30 Perjalanan terminal Harjamukti – pos pendakian Linggarjati + makan malam Nasi Jamblang
23.30 – 04.30 Istirahat di pos pendakian Linggarjati
Sabtu (02/07/11)
08.30 – 09.00 Perjalanan pos pendakian Linggarjati (600 mdpl) – Cibunar (750 mdpl)
09.00 – 10.30 Cibunar (750 mdpl) – Leuweng Datar (1.225 mdpl)
10.30 – 12.30 Leuweng Datar (1.225 mdpl) – Condang Amis (1.350 mdpl) – Kuburan Kuda (1.450 mdpl)
12.30 – 13.30 Kuburan Kuda (1.450 mdpl) – Pangalap (1.650 mdpl)
13.30 – 14.30 Pangalap (1.650 mdpl) – Tanjakan Seruni (1.850 mdpl)
14.30 – 16.30 Tanjakan Seruni (1.850 mdpl) – Bapa Tere (2.025 mdpl)
16.30 – 17.30 Bapa Tere (2.025 mdpl) – Batu Lingga (2.200 mdpl)
17.30 – 18.20 Batu Lingga (2.200 mdpl) – Sanggabuana Bawah (2.545 mdpl)
18.20 – 06.00 Gelar Tenda !!!
Minggu (03/07/11)
06.00 – 06.20 Sanggabuana Bawah (2.545 mdpl) – Sanggabuana Atas (2.665 mdpl)
06.20 – 07.20 Sanggabuana Atas (2.665 mdpl) – Pengasinan (2.860 mdpl)
08.30 – 09.00 Pengasinan (2.860 mdpl) – Puncak Panglongokan (3.027 mdpl)
09.00 – 09.10 Puncak Panglongokan (3.027 mdpl) – Puncak Sunan Cirebon (3.078 mdpl)
13.00 – 13.30 Puncak Panglongokan (3.027 mdpl) – Puncak Sunan Talaga (3.056 mdpl) – Puncak Sunan Mataram (3.058 mdpl)
13.30 – 14.15 Puncak Sunan Mataram (3.058 mdpl) – Kawah Gua Walet (2.925 mdpl)
14.15 – 14.45 Kawah Gua Walet (2.925 mdpl) – Blok Sanghyang Ropoh (2.590 mdpl)
14.15 – 15.15 Blok Sanghyang Ropoh (2.590 mdpl) – Blok Pesanggrahan (2.450 mdpl)
15.15 – 16.00 Blok Pesanggrahan (2.450 mdpl) – Tanjakan Assoy (2.108 mdpl)
16.00 – 16.30 Tanjakan Assoy (2.108 mdpl) – Blok Arban (2.030 mdpl)
16.30 – 17.40 Blok Arban (2.030 mdpl) – Blok Paguyungan Badak (1.790 mdpl)
17.40 – 18.25 Blok Paguyungan Badak (1.790 mdpl) – Blok Kuta (1.690 mdpl)
18.25 – 20.15 Blok Kuta (1.690 mdpl) – Cigowong Girang (1.450 mdpl)
20.15 – 21.00 Cigowong Girang (1.450 mdpl) – Pos Pendakian Palutungan (1.100 mdpl)
21.00 – 02.00 Istirahat di Warung
Senin (04/07/11)
04.00 – 04.30 Perjalanan menuju tempat pemberhentian Bus
05.00 – 14.00 Perjalanan Kuningan – terminal Cicaheum
Perkiraan Biaya
– Biaya Perlengkapan dan Perbekalan Rp.100.000,00.
– Angkot .Rp. 2.000,00
– Bus Bandung – Cirebon Rp. 35.000,00.
– Makan Nasi Jamblang Rp. 5.000,00.
– Batagor Rp. 5.000,00
– Angkot Cirebon – Pos Pendakian Linggarjati Rp. 10.000,00.
– Rokok Rp. 10.000,00.
– Sarapan Rp. 4.000,00.
– Bekal Rp. 4.000,00.
– Nginep Rp. 2.000,00.
– Tiket Masuk Rp. 6.000,00.
– Jajan + Rokok Rp. 29.000,00.
– Angkot Rp. 16.000,00.
– Bus Kuningan – Bandung Rp. 35.000,00.
– Aqua Rp. 1.000,00.
– Angkot Rp. 2.000,00.
jadi total pengeluaran adalah Rp.266.000,00surplus dari dana yang dibawa hanya 300rb hhehehe 
mau lihat foto-fotonya lihat